Wednesday, July 06, 2005

Lomba Menulis Novel Pop Gramedia Pustaka Utama

Ada dua poin yang perlu diperhatikan:

  • Hadiah tidak termasuk royalti penerbitan.
    Ini menguntungkan penulis karena jika diterbitkan oleh GPU, akan mendapatkan royalti penuh.

  • Semua naskah yang masuk menjadi milik panitia.
    Bagi calon peserta, harap konfirmasi dulu ke panitia, apakah "menjadi milik panitia" ini maksudnya hanya "hardcopy naskah" atau "hak (penilikan) terbit naskah". Jika sekadar yang pertama, tak terlalu masalah, menurut saya. Tapi untuk yang kedua--jika naskah Anda tidak menang--Anda tetap perlu memastikan bahwa GPU tidak tertarik untuk menerbitkan naskah Anda, sebelum dapat menawarkannya kepada penerbit lain.
Selain dari itu, selamat berkarya!


UPDATE:
Sudah dikonfirmasi oleh editor GPU sendiri, Hetih Rusli, bahwa yang "menjadi milik panitia" adalah "hardcopy naskah". Jadi, jika Anda tidak menjadi juara atau pemenang berbakat, silakan tawarkan ke penerbit lain.

__________

MetroPop Be A Writer!

PT Gramedia Pustaka Utama menantang Anda untuk mengikuti lomba penulisan novel MetroPop, yang merupakan tren karya fiksi terbaru di Indonesia.

Inilah novel-novel dewasa yang mengetengahkan kehidupan metropolitan masa kini. Menggambarkan gaya hidup orang-orang dewasa muda perkotaan zaman sekarang, yang ditulis dengan bahasa sehari-hari yang ringan dan lincah.

Tokoh-tokoh yang tampil dalam novel pun terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat urban Indonesia, karena ditulis oleh penulis Indonesia dan untuk pembaca Indonesia. Cinta, karier, dan gaya hidup urban ditelanjangi habis-habisan dalam novel-novel MetroPop yang dituturkan secara jujur, blak-blakan, dan fun.

Tidak hanya itu, novel-novel ini bisa dan enak dibaca oleh siapa saja, perempuan atau lelaki dewasa. Ceritanya yang khas kehidupan kota, membuat novel-novel Metro Pop mudah dicerna dan akrab dengan pembaca yang selama ini haus dengan novel bermutu.

Kini, giliran Anda untuk menjadi bagian gaya hidup MetroPop ini!


Untuk mengikuti lombanya, simak persyaratan berikut:

  1. Lomba terbuka untuk semua warga negara Indonesia berusia antara 18 tahun
    ke atas.

  2. Tema cerita: Bebas dan harus berkaitan dengan kehidupan metropolitan, tidak bertentangan dengan SARA, dan tidak mengandung unsur pornografi.

  3. Naskah merupakan karya asli, bukan terjemahan atau saduran.

  4. Naskah belum pernah dipublikasikan di media massa cetak maupun elektronik, dan tidak sedang diikutsertakan dalam sayembara lain.

  5. Panjang naskah 150-250 halaman A4, 1,5 spasi, 12 pt, font Times New Roman. Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.

  6. Kirimkan naskah (print out & disket), sinopsis cerita, biodata & foto, serta fotokopi tanda pengenal peserta (KTP/identitas lain) ke:
    Panitia METROPOP Be a Writer!
    Redaksi Fiksi PT Gramedia Pustaka Utama
    Jl. Palmerah Barat 33 - 37 Lt. 3
    Jakarta 10270
    Cantumkan METROPOP Be a Writer! di pojok kiri atas amplop.
    Naskah kami tunggu selambat-lambatnya 1 Desember 2005.

  7. Sertakan struk/bon pembelian novel MetroPop terbitan Gramedia Pustaka
    Utama.

Catatan:
  • Peserta boleh mengirim lebih dari satu naskah. Dan semua naskah yang masuk akan menjadi milik panitia.

  • Pemenang akan diumumkan di harian KOMPAS.

  • Lomba ini tidak berlaku bagi karyawan PT Gramedia Pustaka Utama dan keluarganya.

  • Keputusan juri mengikat dan tidak dapat diganggu gugat. Tidak diadakan
    surat-menyurat.

Dan menangkan hadiah-hadiah sbb:
  1. Juara I: Rp7.000.000 + trofi + sertifikat + hadiah lainnya

  2. Juara II: Rp5.000.000 + trofi + sertifikat + hadiah lainnya

  3. Juara III: Rp3.000.000 + trofi + sertifikat + hadiah lainnya

Bagi Juara dan Pemenang Berbakat, novel Anda juga akan diterbitkan oleh PT
Gramedia Pustaka Utama!

Buku-buku MetroPop yang sudah terbit:
  • Seri Lajang Kota: Jodoh Monica, Cewek Matre, Dicintai Jo (Alberthiene Endah)

  • Indiana Chronicle: Blues, Lisptick, Bridesmaid (Clara Ng)

  • Quarter Life Fear (Primadonna Angela)

  • Lontong Sayur dalam Lembaran Fashion, Jakarta Paris via French Kiss
    (Syahmedi Dean)

  • Jakarta Kafe, Single Mom's Day Out (Tatyana)

Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi kami di:
tel: (021)536 77 837 ext. 3213, 3249, atau 3217
e-mail: fiksi@gramedia.com atau hetih@gramedia.com

Wednesday, June 29, 2005

[Penulisan Kreatif] Kreatif Beraturan? Itu Bukannya Kontradiksi?

Aturan umumnya memiliki dua fungsi: sebagai pengekang maupun sebagai konvensi. Dalam banyak hal, kedua fungsi ini terkait persepsi. Tergantung seseorang menyikapinya. Jika menganggap aturan sebagai sekedar kekangan, terkekanglah ia. Tentu saja, ada beberapa aturan yang dipikirkan sepositif apa pun tetap saja mengekang.

Aturan Nazi, contohnya. (Jika bukan ras Arya, kamu inferior.)

Namun, ada aturan lain yang bersifat sebagai pedoman menuju sistematis. Dan ini bermaksud baik. Misalnya, EYD berkaitan tanda baca. Aturan ini bermaksud membuat konvensi, yang digunakan agar interpretasi pembaca sesuai dengan maksud penulis.

Saat membaca karya fiksi debut akhir-akhir ini, saya melihat banyak penulis yang melalaikan aturan tanda baca. Terutama berkaitan dialog. Dan ini cukup membingungkan karena, sebagai contoh, saya tidak bisa membedakan antara seorang karakter yang berteriak, "Kemarikan guci itu!!!!!!!!" dan karakter lain yang membalas "TIDAK!!!" Apalagi saat karakter pertama membalas, "KENAPA tidak??!!!?!!"

Saya bingung karena tiga alasan:

  1. Bagaimana membedakan teriakan dengan tiga tanda seru (apakah seperti lolongan serigala?) dengan delapan tanda seru (lolongan Celine Dion?)

  2. Mana yang lebih keras: tiga tanda seru dengan huruf BESAR atau delapan tanda seru dengan huruf kecil?

  3. Guci seperti apa yang bisa mendorong orang untuk memperebutkannya dengan gaya sinetron?
Dengan maksud berbagi dan berdiskusi (siapa tahu Anda ingin memberi masukan seperti "Menurutku lebih ke arah lolongan Celine Dion digigit serigala, Man"), saya menyampaikan beberapa poin penulisan dialog yang saya tahu di bawah ini.



Enam Poin Penulisan Dialog (Plus Satu Nondialog)

Sebelumnya, saya tekankan bahwa walau saya bilang "dialog", poin-poin ini berlaku juga untuk monolog. Saya hanya akan menulis "dialog" karena mencantumkan "dialog/monolog" sebanyak puluhan kali akan konyol.


1) Koma, titik, tanda seru, atau tanda baca berada dalam kurungan tanda kutip ("), bukan di luarnya.

Contoh salah:
"Sepertinya begini, deh", si Likon menggaruk-garuk kepala.
Contoh benar:
"Bukan, lah. Seperti ini dong," tegas si Doharjo.

2) Jika sudah ada titik, tanda seru, atau tanda baca lain dalam tanda kutip, tak perlu menambahkan tanda koma lagi.

Contoh salah:
"Seperti ini?", tanya si pencinta koma.
Contoh benar:
"Ngaco, yang bener itu yang ini!" ujar si penyunting.

3) Penulisan dialog terpisah yang dua-duanya menggunakan tanda koma hanya boleh jika dialog tersebut adalah kalimat tunggal.

Contoh salah:
"Siapa," lirik si Sikananjalan, "Bukan aku, kok!"
Salah karena kalimat aslinya adalah "Siapa? Bukan aku, kok!"

Contoh benar:
"Siapa," si Matupang menoleh, "itu?"
Benar karena "Siapa itu?" adalah kalimat tunggal.

Catatan: dengan sendirinya, "itu" ditulis dengan huruf kecil, karena merupakan bagian kalimat.


4) Tidak disarankan ada dua karakter berbicara pada paragraf yang sama.

Jika A sudah selesai bicara dan diganti dengan B, sebaiknya menggunakan alinea baru. Ini adalah konvensi yang berfungsi untuk menjelaskan siapa yang bicara. Jadi dalam beberapa kasus, walaupun penulis tidak memberikan deskripsi, bisa ketahuan.

Contoh:
Toni melempar penghapus pada Felix. Dengan lentur, penghapus karet tersebut memantul pada jidat temannya.

"Apaan, sih!" bentak Felix.

"Nggak apa-apa. Kita lagi perlu contoh dialog."

"Pake cara lebih sopan dikit, kenape!"

Toni terdiam. Ia mengambil penghapus karet yang terpental balik ke dekat kakinya. "Permisi," ujarnya, sebelum melontarkan penghapus yang sama pada jidat Felix.


5) Jika dialog seorang tokoh memakan ruang lebih dari satu paragraf, kalimat di akhir paragraf tersebut tidak diakhiri oleh tanda kutip.

Lantas, awal paragraf berikutnya kembali diawali dengan tanda kutip.

Contoh:
Si Alan berdeham dan mulai berbicara, "'Anda bukanlah pekerjaan Anda,' ujar seorang bijak yang tak pernah diketahui pekerjaannya apa. Bisa jadi pekerjaannya adalah menyusun pepatah.

"Secara naluriah, kita tahu pepatah itu benar. Namun, ada tiga suku kata yang membuat kita sering lupa: pres-ta-si. Atau al-ko-hol, jika Anda benar-benar benci pekerjaan itu."


6) Untuk penulisan dialog bersarang, gunakan tanda petik tunggal

Dialog bersarang adalah dialog dalam dialog. (Tantangan iseng: coba ucapkan kalimat tadi secara cepat sebanyak sepuluh kali!)

Kembali serius, lihat contoh di poin (5). Alan mengutip ucapan seorang anonim. Saat mengutip, biasanya kita menggunakan tanda kutip (petik ganda). Di sini, berubah jadi tanda petik tunggal.



7) Catatan khusus: untuk penggunaan tanda kutip yang tidak menyangkut dialog, tanda baca diletakkan setelah tanda kutip.

Contoh:
Di halaman depan tertera "Makalah Tanpa Judul".



Pedoman penulisan EYD lain bisa disimak di blog Polisi EYD

Wednesday, June 08, 2005

Seminar: Sukses dengan Percaya Diri

Di Gramedia Fair 14-19 Juni 2005 ini, saya menjadi salah satu pembicara bersama Okky Asokawati untuk tema utama "Sukses dengan Percaya Diri". Saya menjadi pendukung topik untuk mengeksplorasi bagaimana kita dapat memanfaatkan humor baik untuk mewujudkan sukses maupun percaya diri.

Aa Gym, misalnya, merupakan contoh tokoh lokal yang sukses maupun percaya diri dengan menggunakan humor. Ronald Reagan, terkenal sebagai satu presiden Amerika Serikat yang berhasil meraih simpati publik, justru di saat dia tengah dicecar oleh media massa, karena memanfaatkan humor yang menertawakan diri sendiri.

Apa yang bisa kita pelajari dari mereka? Silakan hadiri acaranya.

Tempat: Meeting Room Sasana Budaya Ganesha
Tanggal: Kamis, 16 Juni 2005
Waktu: Jam 18:00-21:00 WIB

Tiket: Rp.50.000,-
Early Bird, yang memesan tiket sebelum dan sampai dengan tanggal 9 Juni 2005, mendapat potongan harga menjadi hanya Rp.30.000,-

Pendaftaran bisa dilakukan di seluruh toko buku Gramedia Bandung.

Saturday, May 14, 2005

Dari Femina: Pilihan Minggu Ini (Edisi 5-11 Mei 2005)

Katanya, bukti kedewasaan seseorang adalah jika ia sudah mampu menertawakan dirinya sendiri. Saya setuju dengan itu. Itu adalah kata lain dari kemampuan mengintrospeksi bukan? Anda ingin menguji diri sendiri? Coba membaca buku ini, Bertanya atau Mati (Isman H. Suryaman/2004).

Buku ini cerdas meledek 'kelakuan' orang modern (seperti kita) yang senang melebih-lebihkan, paling hebat memberi nilai, tapi tak suka dinilai dan hobi menciptakan salah kaprah. Seperti buku filosofi? Tidak juga, lebih mirip dagelan malahan. Segar seperti es campur.

Petty S.F
Pemred Femina

Tuesday, April 05, 2005

Ingin Sauna Murah Mahal Meriah? Uruslah Paspor Anda Sendiri

Saya baru saja mengurus paspor sendiri (tidak menggunakan calo ataupun perantara) di Kantor Imigrasi Bandung. Pengalaman ini bisa saya rangkum dalam satu kalimat: "Untung hanya lima tahun sekali!"

Jika Anda ingin mengurus paspor sendiri di Bandung, lebih baik kenali urutannya. Karena petugas di sana jarang memberi instruksi kecuali ditanya. Plus, kerumunan "pemohon" (istilah resmi dari Kantor Imigrasi) yang sama teraturnya dengan rombongan domba lepas, juga tidak mendukung kita untuk tenang menebak-nebak. Suhu yang panas juga terbukti memengaruhi para pemohon hingga intelejensinya melonjak jadi setingkat burung Dodo. Bisa dilihat dari contoh percakapan seperti, "Mas, saya dapat lembaran yang bertuliskan Loket I, jadi saya harus ke mana sekarang?" atau "Kalau saya maju ke depan, bakal ada yang duduk di kursi saya, nggak?"

Karena itulah, saya ingin berbagi langkah yang saya jalani saat mengurus paspor. Ingat, belajar itu paling enak dari kesalahan orang lain.

Oke, hal pertama yang harus diingat adalah: berpakaian rapi. Karena lelaki yang berkaos, jika ketahuan, bahkan tidak boleh masuk. Minimal baju yang berkerah. Sementara untuk wanita, tidak apa-apa tak berkerah, asalkan bukan kaos oblong. Yang penting terlihat rapi.

Berikutnya, beli formulir permohonan (Rp. 10.000). Biasanya dikasih dengan mapnya. Terserah Anda, mau isi formulir di tempat atau tidak. Saya menyarankan untuk isi di tempat yang santai. Jadi kalaupun rumah Anda terlalu jauh, mampir dulu ke rumah teman atau rumah makan yang sepi. Isi formulir (semoga sukses, karena panjang), tempel foto 4x6 berwarna, tempel materai Rp. 6000, tanda tangan. Kemudian...

Kunjungan Pertama

  1. Kumpulkan formulir di Loket I beserta syarat-syarat lain, yaitu:
    • KTP asli (dan satu fotokopi).
    • Akte kelahiran asli (dan satu fotokopi).
    • Kartu keluarga asli (dan satu fotokopi).
    • Akte kelahiran anak (kalau anak diikutkan dalam paspor) asli (aktenya. Anaknya sih, mau asli maupun palsu, nggak perlu dibawa). Seperti biasa, bawa juga satu lembar fotokopinya.
    • Surat nikah asli (dan satu fotokopi).
    • Khusus pegawai swasta: surat keterangan dari perusahaan, bahwa pimpinan perusahaan menyetujui permohonan ini. Tak perlu difotokopi.
    • Khusus pegawai negeri: serupa, tapi dari instansi terkait.
    • Khusus TNI: serupa, tapi disesuaikan dengan instansi terkait.
    • Khusus TKI: surat izin dari Depnaker
    Tips: Bawa satu map cadangan. Alasan ada di langkah berikut.


  2. Di Loket I, syarat-syarat akan diverifikasi oleh petugas. Lalu semua syarat asli dikembalikan (kecuali surat izin/keterangan dari perusahaan).

    Inilah kenapa perlu bawa satu map cadangan. Jadi tinggal masukkan map. Nggak harus tenteng-tenteng dengan risiko jatuh.


  3. Di sini, petugas yang baik akan menyuruh tunggu. Sementara petugas yang cuek akan terus aja mengurus dokumen, tidak memperhatikan sang pemohon yang berdiri bengong beberapa lama sampai merasa bodoh dan bertanya, "Sekarang ngapain, Pak?"

    Dan saat mendengar jawaban, "Oh, tunggu aja," sang pemohon akan merasa lebih bodoh lagi.

    Tunggulah di sekitar loket. Karena petugas akan meneriakkan nama pemohon yang dokumennya sudah selesai diperiksa. Dan peneriakan nama ini dilakukan secara MANUAL. Tanpa mike, tanpa megafon. Hanya teriakan biasa. Kadang malah gumaman (tapi ini hanya kalau Anda beruntung), seperti, "Hrmrmdfmisman sdfsdhidayat dflsdkjfsuryaman!" Akibatnya, semua pemohon (yang tidak pake calo dan tidak punya pendengaran super) tidak bisa meninggalkan ruangan.

    Oh, ya, proses seperti ini akan banyak berulang nanti. Jadi sekali-kali dalam langkah ke depan akan saya acu.


  4. Setelah nama Anda dipanggil (atau digumamkan), Anda akan menerima tanda terima dan tanggal (bisa besok, bisa minggu depan, tergantung amal) untuk janjian kencan kembali dengan petugas loket yang sama. Lambaikan tangan dengan mesra, dan tinggalkan kantor imigrasi.

Kunjungan Kedua

  1. Datangi Loket I kembali, serahkan tanda terima.


  2. Tunggu nama dipanggil, tidak perlu disuruh. Ingat Hari Pertama poin (3).


  3. Setelah dipanggil, Anda menerima tanda terima Anda yang tadi. Kadang tanggalnya dilingkari, kadang tidak. Tidak pengaruh. Yang penting adalah setelah itu, Anda segera ke...


  4. Ruang Wawancara.
    Terobos kerumunan orang yang bikin macet, dan tunjukkan tanda terima Anda ke petugas di meja. Dia akan memberikan nomor antrian.

    Jika Anda mendapatkan nomor cantik, seperti "123", jangan senang dulu. Pasang kuping sampai ada orang yang meneriakkan nomor, misalnya, "LIMA PULUH LIMA!" (atau "hdfdmflima sdfsdpuluh sdflima!")

    Nah, itu adalah nomor urutan orang yang sedang dipanggil. Tiba-tiba, nomor cantik tersebut menjadi terasa sangat buruk.


  5. Setelah akhirnya nomor Anda dipanggil, masuk ke ruangan wawancara, dan duduk di kursi kosong depan salah seorang petugas (ada dua).

    Saat Anda duduk, sang petugas umumnya akan bertanya, "Nama Anda siapa?" Padahal fotokopi Kartu Tanda Penduduk Anda ada di hadapannya. Ini adalah pertanda jelas, bahwa jika nama Anda "Isman Hidayat Suryaman", Anda lebih baik tidak mencari masalah dengan menjawab, misalnya, "Bambang." Atau "Tuti."

    Saya tidak tahu pertanyaan apa saja yang mungkin dilontarkan dalam wawancara. Tapi, dalam kasus saya, hanya pertanyaan tadi itu yang penting.

    Sisanya tinggal tanda tangan di dokumen yang diminta. Dan petugas akan menyerahkan satu kwitansi.


  6. Bawa kwitansi tersebut ke kasir, dan bayar. Jangan kaget kalau Anda tiba-tiba merasa kemampuan membaca Anda menurun. Di kwitansi tertulis "Dua ratus ribu rupiah." Tapi kasir akan meminta "Dua ratus lima ribu rupiah."

    Jangan kaget, lima ribu rupiah ini bukan uang "administrasi" (atau lebih sering disebut sebagai ya-udah-terserah-asal-cepat-selesai-deh). Lima ribu rupiah ini adalah biaya pengambilan sidik jari. Bisa terlihat dari bukti pembayaran yang Anda terima.

  7. Dari situ, bergeraklah ke kasir foto, yang setelah Anda amati, ternyata di satu tempat yang sama, hanya jendelanya beda.

    Di poin ini Anda mungkin berminat bertanya, "Kenapa nggak bayarnya disatuin aja? Toh kalian duduknya berdampingan?"

    Tapi saat melihat antrian di belakang, Anda mungkin jadi tak tega.

    Biaya foto adalah "Lima puluh lima ribu rupiah." Sayangnya di tahap ini Anda kembali hanya harus percaya dulu. Karena bukti pembayaran dengan detil biaya baru akan diberikan setelahnya.

    Kumpulkan semua bukti pembayaran tadi, dan bergeraklah ke...


  8. Loket I. Serahkan semua bukti pembayaran ke petugas. Dia akan mengembalikan/menyerahkan satu bukti pembayaran yang berkaitan dengan loket sidik jari.


  9. Tanpa disuruh, bergeraklah ke Loket Sidik Jari. Dan tanpa disuruh, tunggulah. Ingat Hari Pertama poin (3).


  10. Saat nama Anda dipanggil, Anda akan ditunjukkan berkas Anda. Mungkin di sini diminta tanda tangan (mungkin juga nggak, ingatan saya sedikit kabur).

    Lalu seorang petugas akan membimbing Anda dengan mesra ke meja pengambilan sidik jari. Bagi yang bikin paspor baru, yang diambil capnya, semua jari tangan. Bagi yang memperpanjang, cukup jempol kanan.

    Anda akan kembali diberi --kejutan!-- bukti pembayaran yang baru, memuat foto dan sidik jari. Simpan baik-baik, karena ini yang nanti Anda gunakan mengambil paspor jadi.

    Tips: bawa tissue sendiri untuk melap tinta bekas sidik jari, karena kalau tissue yang disediakan petugas habis... lebih baik cari sesuatu untuk menyapunya: kertas kosong, celana jeans, kemeja seorang teman lama, yang ketemu tak sengaja dan Anda ingat bahwa dulu ia pernah menempelkan permen karet di celana Anda (waktunya balas dendam).

    Ini penting karena setelah dari sini, Anda langsung ke...


  11. Tempat Pengambilan Foto
    Kembali mengantri dan tunggu nama dipanggil. Ingat Hari Pertama poin (3). Saat menunggu, mungkin Anda baru menyadari betapa panasnya udara. Dahi serta pipi Anda berkeringat. Anda pun menyekanya dengan tangan.

    Lantas, saat Anda diambil foto dan semua orang tersenyum, Anda akan paham, betapa pentingnya MEMBERSIHKAN TINTA DARI TANGAN ANDA.

    Tips: Bagi yang berkacamata, tanggalkan kacamata Anda jauh sebelum giliran Anda. Karena jika Anda baru melepaskan kacamata saat mau difoto, ekspresi muka yang terekam mungkin akan memuat mata Anda yang belum fokus, bekas gagang ke arah telinga, dan hidung yang seperti baru dipencet jepitan jemuran.

    Setelah foto, tanda tangani calon paspor Anda. Dan Anda akan diminta datang lagi pada hari tertentu (umumnya dua hari).

Kunjungan Ketiga

  1. Ambil paspor Anda dengan bukti pembayaran terakhir.
    (Langkah ini belum saya lakukan. Jadi, kalau ternyata ada tahapan ekstra, nanti akan saya informasikan).


  2. Saat melangkah keluar imigrasi dengan paspor baru Anda, ikuti kata-kata berikut: "Un-tung ha-nya li-ma ta-hun se-ka-li!"

DISCLAIMER
  1. Langkah ini hanya berlaku di Kantor Imigrasi Bandung, Jl. Surapati.

  2. Kalaupun sudah di Imigrasi Bandung dan ternyata ada detil yang berbeda, jangan salahkan pengarang. Karena pengarang tinggal berdalih, "Lho, saya kan cuman ngarang."

  3. Kalau mau main aman, tanya saja petugas setiap kali beres, "Habis ini ke mana, Pak?"

  4. Penting: Jangan tanya pemohon lain. Kemungkinan besar, mereka juga sama bingungnya dengan Anda.

  5. UPDATE: Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: M.08-IZ.03.10 Tahun 2006, kini kita bisa mengurus paspor di kantor imigrasi mana pun. Sebagai contoh, dengan KTP Jakarta pun bisa mengurus paspor di Bandung. (Makasih untuk Raiza atas infonya.)

Monday, April 04, 2005

Pojok Ilmiah Online: Gadget

Selamat datang pada Pojok Ilmiah Online, di mana kami (sebenarnya hanya ada satu orang, tapi "kami" lebih terdengar kredibel dibandingkan "saya") membalas pertanyaan tanpa benar-benar menjawabnya (keahlian yang kami pelajari dari siaran langsung sidang MPR).

Cukup berbasa-basi, mari langsung beralih ke topik kita kali ini: gadget.

Tanya: Apakah ada gadget yang kemunculannya memberi secercah harapan bagi umat manusia?
Jawab: Ya. Pertama adalah PodShave. Dengan menempelkan PodShave, Anda dapat bercukur sambil mendengarkan musik dari iPod Anda.

Tanya: Musik apakah yang Anda rekomendasikan untuk TIDAK didengar sambil mencukur janggut?
Jawab: Semua lagu Celine Dion. Kecuali kalau Anda ingin ikutan melengking selagi mencari perban untuk dagu Anda.

Tanya: Selain PodShave ada lagi?
Jawab: Yang kedua: iPoo. Ini adalah GPS (Global Positioning System) ukuran genggam yang memiliki fungsi terpenting dalam kemampuan manusia modern untuk bertahan hidup.

Tanya: Mencari cewek?
Jawab: Kami bilang "manusia", bukan "lelaki".

Tanya: Jadi fungsinya apa?
Jawab: Menemukan toilet terdekat. Silakan, penanya berikut.

Tanya: File-file di komputer kantorku sering tiba-tiba berubah. Pagi hari aku menulis dokumen, pulang makan siang dokumen itu sudah berubah nama. Dari "proposal.doc" jadi "halomanisku.doc". Atau malah isinya yang berubah. Saya curiga ini perbuatan makhluk halus. Karena tidak mungkin ada yang bisa akses komputer selain saya. Kan dilindungi password. Apa yang harus saya lakukan?
Jawab: Oke. Kami bisa menebak bahwa Anda pake sistem operasi windows.

Tanya: Betul, Windows XP.
Jawab: Dan username serta password Anda adalah nama Anda sendiri.

Tanya: Lho, tahu dari mana?
Jawab: Euh... anggap aja intuisi.

Tanya: Intuisi?
Jawab: Ya, hal yang sama yang membuat kami curiga akan satu hal; Apakah Anda pernah merasa rekan-rekan kerja Anda ketawa-tawa tanpa alasan yang jelas?

Tanya: Hebat! Itu juga betul. Kadang-kadang, ya. Tapi setiap kali aku tanya ada apa, mereka tidak mau jawab dan malah makin senyum-senyum gak jelas.
Jawab: Kami sama sekali tidak heran.

Tanya: Apaan seh? Ya udah, kembali ke pertanyaan awal saya, gimana mengatasinya?
Jawab: Hmm... silakan kontak Solid Alliance untuk membeli GhostRadar.

Tanya: Apaan tuh?
Jawab: Ini adalah USB disk yang sekaligus dapat mendeteksi kehadiran hantu. Jika radarnya menyala, Anda tinggal kabur.

Tanya: Terima kasih, Pojok Ilmiah!
Jawab: Sama-sama. Yang penting rekan kerja Anda bahagia.

Monday, March 07, 2005

Better Late (But Going at It for 30 Minutes) Than Never

Saya...

mungkin adalah orang paling telat se-Jakarta. Karena saya baru beli dan baca BaM.

Needless to say, gw bener2 suka tu buku. Plus gaya nulisnya (as in tata bahasanya) familiar abis... that's the way I write in Indonesian. We belong to the association of pathetic people who need to get in touch with our homeland culture again.

But thank you. As much as Slapstick is important for the survival of mankind, BaM is really going to be one of my favorite books ever. So Thank you.

And last but not least... Just FYI: A pig's orgasm lasts for 30 minutes.

Some animals are lucky like that.

Ephe.
________________

That sure redefines the term "lucky pig."

Thursday, March 03, 2005

Berbagi Pengalaman: Proses Menerbitkan BaM

Dalam merintis kerjasama penerbitan BaM dengan GPU, saya melakukan langkah-langkah berikut:

  1. Bikin Preliminaries Naskah, yaitu:
    • Judul
    • Daftar Isi
    • Ucapan terima kasih
    • Prakata
    • Bab I naskah
    • Daftar pustaka
    • Perihal Penulis
    • (tambahan) Latar belakang dan trend pasar buku humor
    • (tambahan) Perkiraan target pembaca yang akan tertarik membeli buku ini
    • (tambahan) Ajuan strategi pemasaran untuk buku ini
  2. Print semua dan masukkan folder.
  3. Saya tidak mencetak semua naskah. Penerbit dapat menentukan tertarik atau tidak dari preliminaries saja. Karena itu, ada saja penulis (biasanya yang sudah langganan bestseller) yang bukunya belum beres pun sudah bisa menjalin kerjasama.

  4. Menghubungi Penerbit (dalam Kasus Ini GPU Bagian Nonfiksi)
  5. Saya memberitahu bahwa saya memiliki naskah untuk kerjasama penerbitan buku. Mengapa saya bilang "kerjasama"? Karena memang penulis dan penerbit adalah rekanan. Tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Keduanya saling membutuhkan. Dan untuk kerjasama tentunya membutuhkan kecocokan dari kedua pihak, bukan hanya dari satu sisi.

    Saat itu saya diminta untuk mengirim naskahnya.

    Saya meminta untuk bertemu muka. BaM adalah suatu konsep yang tidak umum di Indonesia. Saat saya mendiskusikan ide buku ini dengan seorang teman saja pernah terjadi dialog seperti berikut:
    Teman: "Jadi buku kamu nanti tentang apa?"
    Saya: "Kumpulan esai humor."
    Teman: "Oh. Seperti apa, tuh?"
    Saya: "Seperti buku Seinfeld, Dave Barry, Bill Cosby--"
    Teman: "Bill Cosby nulis buku?"
    Saya: "Euh, ya."
    Teman: "Buku kaya apa?"
    Saya: "Ah, kumpulan esai humor."
    Teman: "Seperti apa, tuh?"
    Karena itu, walaupun telah menyusun profil pemasaran buku, saya merasa perlu untuk menjelaskan buku tersebut secara empat mata.

  6. Bertemu dan Berdiskusi dengan Editor.
  7. Saya berkenalan dengan Pak Dwi, salah satu editor nonfiksi. Setelah diskusi yang hangat (karena AC-nya kebetulan sedang mati), kami meraih semacam pengertian bersama (belum persetujuan, karena preliminaries-nya masih perlu ditilik).

  8. Ajuan Kerjasama Saya Disambut Baik oleh GPU
  9. Sudah lebih dari satu bulan lewat, karena perlu ada riset langsung oleh marketer GPU ke toko-toko mengenai potensi pasar buku seperti ini. Saat diberitahu mengenai hal ini, yang terbayang di benak saya adalah;
    Marketer: "Bang, kalau ada buku judulnya 'Bertanya atau Mati', mau beli kagak?"
    Pemilik Toko: "Politik?"
    Marketer: "Humor."
    Pemilik Toko: "Hahahaha becanda, lu!"
    Marketer: "(nelepon GPU) Kayanya bakal laris, nih."
  10. Penandatangan Perjanjian Kerjasama
  11. Yang terutama saya perhatikan dalam surat perjanjian tersebut adalah:

    • Poin bahwa Hak Cipta karya tetap di tangan pengarang. Penerbit hanya memiliki hak untuk menerbitkan dan menjual karya tersebut.

    • Jumlah cetakan awal

    • Jumlah royalti untuk pengarang

    • Metode pembayaran royalti dari penerbit kepada pengarang

    • Batas waktu hak penerbitan oleh mitra saya

    • Klausul bahwa hak penerbitan dapat dialihkan pada pihak lain jika pengarang merasa bahwa karyanya kurang diperhatikan rekan penerbit
  12. Saya Menyerahkan Naskah (Softcopy dan Hardcopy) ke GPU

  13. Proses Penyuntingan Naskah bersama Editor
  14. Di sini saya bekerja sama dengan Rina, yang banyak memberi masukan sehingga bahasa dalam BaM terasa lebih alami.

  15. Saya Memilih Untuk Mengusahakan Desain Sampul Sendiri
  16. Sebenarnya bisa saja urusan cover diserahkan pada penerbit. Tapi saya pilih meminta bantuan teman saya, Poetoe, untuk mendesain. Alasan utama adalah karena komunikasi lebih enak. ("Yang bener aja, Poet! Masa muka gua terlihat ganteng di sini?" "Ya udah, aku jadiin gigi kamu ompong, kan beres.")

  17. Proses Memilih Perwajahan Dalam dengan Layout Editor

  18. GPU Menyerahkan Proof Naskah untuk Diperiksa

  19. Revisi

  20. Naik Cetak
  21. Tanpa disadari, sudah setahun berlalu semenjak menawarkan naskah. Saat pertama kali bertemu Pak Dwi, saya sedang cuti bulan madu (kapan lagi bulan madu ke penerbit?). Saat pemberitahuan buku akan dicetak, tepat pada hari anak saya, Riordan Azad Zen, lahir.
Oke, itu pengalaman saya pribadi. Jadi dalam kasus berbeda, misalnya menerbitkan fiksi, akan ada langkah yang berbeda pula. Tapi intinya selalu sama: penerbitan buku adalah suatu kerjasama. Semoga bisa menginspirasi Anda untuk berkarya.

Monday, February 07, 2005

Resensi Usen Lim di Mailing List Resensi Buku

Buku ini sama sekali tidak lucu. Judulnya saja sudah memperlihatkan ancaman teror yang mengerikan. Kalau saja di kulit buku bagian depan tertulis: `Bertanya atau Tidur!', `Bertanya atau Berdansa!', atau `Bertanya atau Tersesat!' mungkin ketegangan saraf calon pembaca agak berkurang. Tapi, lihatlah pilihan hidup yang disodorkan sang pengarang kepada kita. Bertanya atau Mati! Benar-benar menegangkan, bukan?

Bahkan, buku ini sebenarnya adalah buku yang serius. Topiknya memang bermacam-macam, dari peuyeum sampai penis patah, dari Timor sampai TPI Fighting Championship, dari keponakan sampai kepresidenan, dan semakin lucu saja sampai bagian terakhir. Mirip fenomena gunung es!

Tapi, jangan terkecoh oleh topik-topik lucu tesebut karena, percayalah, buku ini sangat serius membahas masalah eksistensial manusia. Secara filosofis pemikiran pengarang, walaupun hanya ngarang (tidak berdasar fakta), mungkin setara dengan Paul Sartre. Secara psikologis, buku ini dapat disejajarkan—di rak buku anda—dengan `Sane Society' Erich Fromm.

Berkaitan dengan pemikiran Sartre dan Fromm, yang menegaskan bahwa manusia harus memutuskan sendiri bagaimana caranya hidup agar tidak hidup terasing sehingga penuh kebosanan, keputusasaan, dan absurditas, bekerja dan hidup tanpa makna seperti robot, pengarang menemukan satu metode sederhana untuk memecahkan masalah pelik itu:
Bertanya!

Pengarang memang senantiasa merenungkan pengalamanhidupnya, dari yang remeh temeh sampai yang besar, dan dalam buku ini, mengajak anda bertanya-tanya pula. Ada satu adegan lucu, bisa dibilang merupakan inti buku ini, yang mempertanyakan kebiasaan
orang berkompetisi bahkan (seolah-olah) sampai kematian tiba. Saya kutip adegan pemakaman imajiner kerabat Panji yang dihadiri pengarang:

Saya: Turut berduka cita, ya Nji.
Panji: Makasih, Man. Lu, kapan nyusul?

Nggak deh, makasih. Silahkan berlomba sendiri. Saya mau nyantai saja.
Jadi, jika pembaca merasa geli dan tertawa terkekeh-kekeh ketika membaca buku ini seperti saya, itu mungkin semata-mata karena si pengarang menghargai pembaca yang terlanjur mengerahkan usaha untuk meminjam buku ini dan selalu menghindari pemilik agar tidak perlumengembalikannya. Sebab lain yang mungkin, kebanyakan pembaca lebih suka mengeluarkan uang untuk berkekeh-kekeh daripada bertanya sebanyak mungkin dan kemudian mendapat bayaran. Dengan kata lain, lucunya cuma bonus, yang utama dari buku ini adalah pencerahannya.

Tapi jika pembaca merasa geli dan tertawa terbahak-bahak padahal belum membaca buku ini, berhati-hatilah. Itu berarti sudah saatnya Bertanya, atau Mati!

Usen

Monday, January 17, 2005

Kontribusi Pemikiran tentang HaKI

Dari Yanuar Ferry (melalui milis Blogbugs):
______________

Andaikan benar telah terjadi pengutipan tanpa menyebutkan sumber dalam acara Dakocan di Trans TV, berarti telah terjadi pelanggaran hak cipta atas karya anda (BaM), dengan alasan:
  1. Karya anda termasuk hak cipta menurut Pasal 12 (1a)UU Hak Cipta No. 19 2002.

  2. Anda memiliki hak cipta anda secara otomatis begitu karya tersebut tercipta, tanpa perlu mendaftarkan hak cipta anda tersebut ke DJ HAKI, mengacu pada Pasal
    2(1).

  3. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan pertunjukan atau pementasan yang bersifat komersial merupakan suatu pelanggaran hak cipta apabila tidak disertai dengan pencatuman/penyebutan sumbernya, menurut pasal 15(c).
________________

Dari Yudha Ginanjar (milis Blogbugs juga)
_____________
Mungkin agak kurang nyambung, Tapi kemaren(minggu) saya baca artikel di Kompas tentang Hak cipta video Amatir tentang Tsunami yg konon aturan Hak Cipta
nya agak kurang jelas :D yg pegang sapa, kameramen ato yg menyiarkan nya :)

Salah satu point penting adalah, " Karena sudah menjadi public domain, kita
bisa mengutip video tersebut ..."

Maaf .. bukan untuk memperkeruh suasana, tapi hanya sedikit menambah referensi :)
Artikel yang dimaksud dapat dilihat di web di sini.

______________

Terima kasih untuk semua yang telah menyumbangkan pemikirannya. Karena sudah memiliki referensi yang cukup, saya telah melayangkan surat pada dakocan@transtv.co.id, sekalian untuk konfirmasi. Semoga saja semua berakhir dengan baik.

--isman h. suryaman

Saturday, January 15, 2005

Pelanggaran HaKI? Tentang Sebelas (11) Rambu Merah & Kuning Berat Badan

Rekan-rekan semua,

Apakah ada yang mengikuti acara Dakocan (yang dibawakan Dave Hendrik) di TransTV? Terima kasih pada Yovita, saya mendapat kabar bahwa salah satu bagian dari buku humor saya, "Bertanya atau Mati!" (BaM) dikutip di acara itu. (Humor yang dikutip adalah bagian yang saya susun sebagai promosi online, bisa dilihat di sini.)

Sayangnya, menurut nara sumber saya, acara Dakocan tidak menyebutkan bahwa mereka mengutip itu dari BaM.

Apakah ada rekan yang kebetulan menyaksikan acara tersebut? Kalau ya, saya minta tolong untuk konfirmasi, apakah memang BaM tidak disebut-sebut? Karena saya tidak mau mengabaikan kemungkinan bahwa

  1. BaM disebut tapi Yovita kebetulan luput menyaksikannya.

  2. Penulis Dakocan "mengambil" materi itu dari imel hasil forward orang lain. Kebetulan di milis Guyon-Yook, ada seseorang yang "mencuri" mail promosi online BaM! dan menghapus semua credits ke Bertanya atau Mati!
Dan kalaupun memang kejadiannya begitu (tidak disebut), apakah ada referensi perundangan Indonesia mengenai HaKI yang mengharuskan suatu acara TV menyebutkan sumber asli suatu kutipan? Atau melarang menduplikasi materi dari media lain menjadi materi program TV? Lalu apakah itu berlaku juga untuk kasus (2) di atas? Apakah penulis Dakocan bisa bersembunyi dengan dalih bahwa mereka mengambil dari sumber anonim--walaupun sumber anonim itu adalah plagiarisme?

Saya sebagai penulis merasa dirugikan. Misalnya, kita asumsikan bahwa kondisi buruk di atas yang terjadi. Jika kemudian penonton Dakocan tersebut membaca buku saya, maka bisa saja mereka mengira saya telah melakukan plagiarisme. Ini bisa mengarah ke memburuknya brand image buku tersebut, sekaligus saya, sebagai penulis.

Jadi, sebelum saya mengirim protes ke produser Dakocan melalui TransTV, saya perlu bantuan rekan-rekan untuk:
  1. Konfirmasi bahwa yang terjadi adalah pengutipan tanpa pemberian credits (atau malah pencurian materi). Saya masih berharap bahwa bukan ini yang terjadi.

  2. Memiliki referensi bahwa saya memiliki kekuatan secara hukum untuk membela HaKI saya sebagai penulis.
Terima kasih sebelumnya,

--isman h. suryaman

Wednesday, January 12, 2005

Lomba Cerpen dan Flash Fiction berhadiah BaM!

Komunitas Blogger Family mengadakan lomba cerpen dan flash fiction(1) bagi para anggotanya.

Juara pertama untuk masing-masing kategori (cerpen dan flash fiction) dapat memilih satu dari dua buku sebagai hadiah: Bertanya atau Mati! atau Lelaki Pembawa Senja (karya Nazla Luthfiah). Dua-duanya autographed copy.

Komposisi juri juga diramaikan dengan kehadiran pasangan penulis Adhitya dan Ninit Mulya.

Bukan anggota blogfam? Jangan khawatir. Asalkan kamu punya blog, atau berencana bikin blog, tinggal gabung aja di forumnya. Langsung deh bisa ikutan. Untuk informasi lebih lanjut, klik aja banner di bawah.


Siiiapa hendak turuuut?

__________

(1): Bagi yang belum akrab dengan istilah flash fiction, ini adalah tipe cerita yang saking pendeknya sampai terasa seperti kelebat (flash). Umumnya panjang flash fiction tidak melebihi 250 kata. Contoh flash fiction dengan aturan yang lebih ketat bisa dilihat di Situs Cerita 100 Kata. Atau yang karya penulis lokal.

Monday, January 03, 2005

Susah Dapet BaM? Beli Online Aja!

Status Terakhir:

Edisi terbatas sudah habis. Masih tersedia edisi biasa, tanpa stiker. Jika tertarik, kirim saja email pemesanan ke writerstavern AT gmail DOT com. Harga Rp40.000.

________________

Berhubung semakin banyak saja yang mengirim mail mengenai susahnya nyari
Bertanya atau Mati! di toko-toko buku, gimana kalau beli aja online. Nanti tinggal tunggu di rumah sambil ongkang-ongkang kaki. Coba aja di...

  1. BearBookStore.com
    Di ujung kiri halaman Home ada kotak search. Ketikkan "bertanya atau mati." Tinggal klik BaM dari beberapa pilihan yang muncul.

  2. IniBuku.com
    Di kanan atas halaman Home ada kotak search. Ketikkan "bertanya atau mati." Saat hasil muncul, klik judul BaM.
Saya sendiri tidak/belum berafiliasi dengan kedua situs di atas. Karena mulai dari hari ini, jadi ikutan jualan deh, hehe.


LIMITED EDITION: GET THEM WHILE AVAILABLE!

Kebetulan, beres peluncuran buku kemaren, masih ada sisa 47 buku berlabel autographed copy.

Jadi kalau ada yang tertarik untuk jadi satu dari 100 orang yang punya, bisa beli. Khusus untuk daerah DKI Jaya dan Jawa Barat, bebas ongkos kirim (harga tetap Rp.40.000). Di luar dua propinsi itu, diskon 10% (jadi Rp. 36.000), tapi ongkos kirim tanggung sendiri (pake TIKI).

Caranya? Tinggal p-mail ke a_scriptwriter at yahoo dot com dengan subject [bam].

Salam,
--isman h. suryaman

PS: Untuk yang mau ditulisin secara spesifik, seperti "Untuk (taruh nama di sini) yang (taruh kalimat di sini)" tulis saja di mailnya, ya.

PPS: Jadi tawarannya adalah mendapatkan edisi eksklusif Autographed Copy seharga Rp. 40.000 dan bebas ongkos kirim (untuk DKI Jaya dan Jabar) atau Rp. 36.000,- tapi ganti ongkos kirim (untuk daerah lain).